v
Berdasarkan Kadar
Penyimpangan
1.
Penyimpangan primer, termasuk penyimpangan ringan, pelaku biasanya
tidak menyadari dirinya melakukan penyimpangan, bersifat
insidensial dan temporer (sementara), umunya tidak begitu merugikan orang
lain.
Contoh : mabuk saat pesta,
mencoret-coret tembok tetangga, ataupun balapan liar di jalan.
2.
Penyimpangan sekunder, termasuk penyimpangan berat, pelaku
melakukannya berulang-ulang, merugikan orang banyak dan tidakannya sudah
disebut tidakan kriminal dan dapat dikenai sanksi atau hukuman.
Contoh : pembunuhan, perampokan, dan
pencurian
v
Berdasarkan Pelaku
Penyimpangan
1.
Penyimpangan individu (individual deviation)
Penyimpangan jenis ini dilakukan secara perorangan tanpa campur tangan
orang lain. Dilihat dari kadarnya penyimpangan perilaku yang bersifat
individual, menyebabkan pelakunya mendapat sebutan seperti pembandel,
pembangkang, pelanggar, bahkan penjahat.
Contohnya : seorang pejabat yang korupsi, oknum polisi yang melakukan pemerasan
terhadap individu yang memiliki suatu kasus, suami atau istri yang selingkuh,
dan anak yang durhaka terhadap
orang tua.
2.
Penyimpangan kelompok (group deviation)
Penyimpangan kelompok (group deviation) Penyimpangan jenis ini dilakukan
oleh beberapa orang yang secara bersama-sama melakukan tindakan yang
menyimpang.
Contohnya : pesta narkoba yang dilakukan kelompok satu
geng, perkelahian massal yang dilakukan antar kelompok suku, ataupun
pemberontakan.
Penyimpangan kelompok biasanya sulit untuk dikendalikan, karena
kelompok-kelompok tersebut umumnya mempunyai nilai-nilai serta kaidah-kaidah
sendiri yang berlaku bagi semua anggota kelompoknya. Sikap fanatik yang
dimiliki setiap anggota terhadap kelompoknya menyebabkan mereka merasa tidak
melakukan perilaku yang menyimpang. Hal tersebut menyebabkan penyimpangan
kelompok lebih berbahaya daripada penyimpangan individu.
3.
Penyimpangan campuran (mixture of both deviation)
Penyimpangan campuran diawali dari penyimpangan individu. Akan tetapi,
seiring dengan berjalannya waktu, ia (pelaku penyimpangan) dapat
memengaruhi orang lain, sehingga ikut melakukan tindakan menyimpang seperti
halnya dirinya. Contoh : penyimpangan campuran diantaranya; sindikat
narkoba, sindikat uang palsu, ataupun demonstrasi yang berkembang menjadi amuk massa
v
Berdasarkan
Sifat-sifat Penyimpangan
1.
Penyimpangan yang Bersifat Positif.
Penyimpangan yang bersifat positif merupakan suatu bentuk penyimpangan atau
perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku,
tetapi mempunyai dampak positif terhadap dirinya maupun masyarakat.
Penyimpangan ini memberikan unsur inovatif dan kreatif sehingga dapat diterima
oleh masyarakat, meskipun caranya masih belum umum atau menyimpang dari norma
yang berlaku.
Contohnya : pada masyarakat yang
masih tradisional, perempuan yang melakukan aktivitas atau menjalin profesi
yang umum dilakukan oleh laki-laki seperti berkarir di bidang politik, menjadi
pembalap, sopir taksi, anggota militer dan lain-lain oleh sebagian orang masih
dianggap tabu namun hal tersebut mempunyai dampak positif, yaitu emansipasi
wanita.
2.
Penyimpangan yang Bersifat Negatif.
Penyimpangan yang bersifat negatif merupakan penyimpangan yang cenderung
mengarah pada tindakan yang dipandang rendah, berdampak buruk serta merugikan
bagi pelaku dan juga masyarakat. Bobot penyimpangan negatif dapat dilihat dari
norma-norma atau nilai-nilai yang telah dilanggar. Pelanggaran terhadap
norma-norma kesopanan dinilai lebih ringan dibanding pelanggaran terhadap norma
hukum. Contoh penyimpangan yang bersifat negatif, membolos, pembunuhan, pencurian,
korupsi, dan sebagainya
v
Berbagai Penyakit
Sosial dalam Masyarakat
Contohnya :
1. Minuman keras (miras)
2. Penyalahgunaan narkoba, misal : heroin, ganja,
ekstasi, shabu-shabu, ampethamin, dan inhalen
3. Perkelahian antar pelajar
4. Perilaku seks di luar nikah
5. Berjudi
6. Kejahatan (kriminalitas)
1.
Penyebabnya :
2.
Tidak mempunyai seseorang sebagai panutan dalam memahami dan meresapi tata
nilai atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Kondisi semacam ini lazim
disebut sebagai hasil proses sosialisasi yang tidak sempurna. Akibatnya, ia
tidak bisa membedakan hal-hal yang baik ataupun yang buruk, benar atau salah,
pantas atau tidak pantas, dan sebagainya.
3.
Pengaruh lingkungan kehidupan sosial yang tidak baik, misalnya lingkungan
yang sering terjadi tindak penyimpangan, seperti prostitusi, perjudian, mabuk-mabukan,
dan sebagainya.
4.
Proses bersosialisasi yang negatif, karena bergaul dengan para pelaku
penyimpangan sosial, seperti kelompok preman, pemabuk, penjudi, dan sebagainya.
5.
Ketidakadilan, sehingga pihak-pihak yang dirugikan melakukan protes, unjuk
rasa, bahkan bisa menjurus ke tindakan anarkis
v Cara penanggulangannya:
Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial dalam Keluarga dan Masyarakat
1.
Di Lingkungan Keluarga Upaya pencegahan perilaku penyimpangan sosial di
rumah memerlukan dukungan dari semua anggota keluarga, baik keluarga inti
maupun keluarga luas. Di dalam hal ini, masing-masing anggota keluarga harus
mampu mengembangkan sikap kepedulian, kompak, serta saling memahami peran dan
kedudukannya masing-masing di keluarga. Meskipun keterlibatan seluruh anggota
keluarga sangat dibutuhkan, namun orang tua memegang peran utama dalam
membentuk perwatakan dan membina sikap anak-anaknya. Hal ini dikarenakan orang
tua merupakan figur utama anak yang dijadikan panutan dan tuntunan, sehingga
sudah sepantasnya jika orang tua harus mampu memberi teladan bagi anak-anaknya.
Dalam hubungannya dengan upaya pencegahan penyimpangan sosial di lingkungan
keluarga, orang tua dapat melakukan beberapa hal, seperti berikut ini.
2.
Menciptakan suasana harmonis, perhatian, dan penuh rasa kekeluargaan.
3.
Menanamkan nilai-nilai budi pekerti, kedisiplinan, dan ketaatan beribadah.
4.
Mengembangkan komunikasi dan hubungan yang akrab dengan anak.
5.
Selalu meluangkan waktu untuk mendengar dan menghargai pendapat anak,
sekaligus mampu memberikan bimbingan atau solusi jika anak mendapat kesulitan.
6.
Memberikan punnish and reward, artinya bersedia memberikan teguran atau
bahkan hukuman jika anak bersalah dan bersedia memberikan pujian atau bahkan
hadiah jika anak berbuat baik atau memperoleh prestasi.
7.
Memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai tingkat umur dan
pendidikannya. Langkah-langkah tersebut merupakan upaya yang dapat dilakukan
orang tua agar tercipta suatu komunikasi yang baik dengan anak, sehingga anak
merasa terlindungi, memiliki panutan atau teladan, serta merasa memiliki
arti penting sebagai bagian dari keluarganya.
2.
Di Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan lingkungan pergaulan anak yang
cukup kompleks. Di dalam hal ini, kedudukan pendidik di lingkungan sekolah
memegang peran utama dalam mengarahkan anak untuk tidak melakukan berbagai
penyimpangan sosial. Berbagai hal yang dapat dilakukan guru selaku pendidik
dalam upaya mencegah perilaku penyimpangan sosial anak didiknya, antara lain,
berikut ini.
3.
Mengembangkan hubungan yang erat dengan setiap anak didiknya agar dapat
tercipta komunikasi timbal balik yang seimbang.
4.
Menanamkan nilai-nilai disiplin, budi pekerti, moral, dan spiritual sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
5.
Selalu mengembangkan sikap keterbukaan, jujur, dan saling percaya.
6.
Memberi kebebasan dan mendukung siswa untuk mengembangkan potensi diri,
sejauh potensi tersebut bersifat positif.
7.
Bersedia mendengar keluhan siswa serta mampu bertindak sebagai konseling
untuk membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan, baik yang dihadapinya di
sekolah atau yang dihadapinya di rumah.
3.
Di Lingkungan Masyarakat
Lingkungan pergaulan dalam masyarakat sangat mampu memengaruhi pola pikir
seseorang. Dalam hal ini, perlu tercipta lingkungan pergaulan yang sehat dan
nyaman sehingga dapat dijadikan tempat ideal untuk membentuk karakter anak yang
baik. Adapun hal-hal yang dapat dikembangkan dalam masyarakat agar upaya
pencegahan perilaku penyimpangan sosial dapat tercapai, antara lain, berikut
ini.
1.
Mengembangkan kerukunan antarwarga masyarakat. Sikap ini akan mampu
meningkatkan rasa kepedulian, gotong royong, dan kekompakan antarsesama warga
masyarakat. Jika dalam suatu masyarakat tercipta kekompakan, maka perilaku
penyimpangan dapat diminimalisasikan.
2.
Membudayakan perilaku disiplin bagi warga masyarakat, misalnya disiplin
dalam menghormati keputusan-keputusan bersama, seperti tamu bermalam harap
lapor RT, penetapan jam belajar anak, menjaga kebersihan lingkungan, dan
sebagainya.
3.
Mengembangkan berbagai kegiatan warga yang bersifat positif, seperti
perkumpulan PKK, Karang Taruna, pengajian, atau berbagai kegiatan lain yang
mengarah kepada peningkatan kemampuan masyarakat yang lebih maju dan
dinamis. Jika beberapa upaya tersebut dapat diterapkan dalam suatu lingkungan
masyarakat, maka kelompok pelaku penyimpangan sosial akan merasa risih
dan jengah, sehingga mereka akan merasa malu jika melakukan tindakan
penyimpangan sosial di lingkungan tempat tinggalnya.
4.
Mengembangkan Sikap Simpati terhadap Pelaku Penyimpangan Sosial Para pelaku
penyimpangan sosial memang sudah selayaknya mendapatkan hukuman dari
pihak yang berwajib. Akan tetapi, jika para pelaku penyimpangan sosial
tersebut masih dapat dibina, maka sebaiknya kita kembangkan sikap simpati terhadap
para pelaku penyimpangan sosial tersebut. Sikap simpati adalah suatu sikap yang
ditujukan seseorang sebagai suatu proses di mana seseorang merasa
tertarik pada perasaan pihak lain yang mendorong keinginan untuk memahami dan
bekerjasama dengan pihak lain. Sikap simpati dapat ditunjukkan dalam bentuk
perhatian, kepedulian, rasa ingin menolong, dan sebagainya. Perasaan simpati
hanya akan dapat berlangsung dan berkembang dalam diri seseorang bila terdapat
saling pengertian. Mengembangkan sikap simpati terhadap para pelaku
penyimpangan sosial bukan berarti kita menyetujui perbuatan mereka. Sikap
seperti ini justru dapat kita gunakan untuk menyadarkan perilaku mereka. Tentu
saja cara penyampaiannya dilakukan dengan tutur bahasa yang santun dan tidak berkesan
menggurui atau menghakimi. Cara-cara seperti ini pada umumnya lebih mengena dan
dapat didengarkan oleh mereka, karena mereka merasa lebih dihargai.
Contoh sikap simpati yang dapat kita kembangkan terhadap para pelaku
penyimpangan sosial, antara lain, meliputi hal-hal berikut ini.
1.
Memberikan arahan berupa contoh-contoh dan dampak negatif dari perbuatan
menyimpang yang telah atau biasa mereka lakukan, misalnya dampak negatif dari
mabuk-mabukan atau berjudi. Tentunya dengan bahasa yang bersahabat dan berkesan
akrab.
2.
Menggali informasi tentang bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh para
pelaku penyimpangan, kemudian memberi motivasi agar mereka mau tergerak
untuk mengembangkan kemampuannya ke arah positif.
3.
Tetap memberikan kepercayaan kepada mereka yang telah dicap sebagai pelaku
penyimpangan dengan cara ikut menyertakan mereka ke dalam
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
4.
Turut serta dalam upaya menyadarkan pelaku penyimpangan yang berkaitan
dengan penyalahgunaan obat-obatan melalui pendirian pusat-pusat
rehabilitasi atau penyuluhan- penyuluhan tentang bahayanya.
Sumber:
https://dwikurniasaputro.wordpress.com/2009/04/25/perilaku-menyimpang
http://www.academia.edu/8329558/Contoh_Penyimpangan_Sosial_Di_Lingkungan_Masyarakat
Sumber:
https://dwikurniasaputro.wordpress.com/2009/04/25/perilaku-menyimpang
http://www.academia.edu/8329558/Contoh_Penyimpangan_Sosial_Di_Lingkungan_Masyarakat
0 komentar:
Posting Komentar