Senin, 18 Desember 2017

Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang di Masyarakat




v  Berdasarkan Kadar Penyimpangan
1.      Penyimpangan primer, termasuk penyimpangan ringan,  pelaku biasanya tidak menyadari dirinya melakukan penyimpangan, bersifat insidensial dan temporer (sementara), umunya tidak begitu merugikan orang lain.
Contoh : mabuk saat pesta, mencoret-coret tembok tetangga, ataupun  balapan liar di jalan.
2.      Penyimpangan  sekunder, termasuk penyimpangan berat, pelaku  melakukannya berulang-ulang, merugikan orang banyak dan tidakannya sudah disebut tidakan kriminal dan dapat dikenai sanksi atau hukuman.
Contoh : pembunuhan, perampokan, dan pencurian

v  Berdasarkan Pelaku Penyimpangan
1.      Penyimpangan individu (individual deviation)
Penyimpangan jenis ini dilakukan secara perorangan tanpa campur tangan orang lain. Dilihat dari kadarnya penyimpangan perilaku yang bersifat individual, menyebabkan pelakunya mendapat sebutan seperti pembandel, pembangkang, pelanggar, bahkan penjahat.
Contohnya : seorang pejabat yang korupsi, oknum polisi yang melakukan pemerasan terhadap individu yang memiliki suatu kasus, suami atau istri yang selingkuh, dan anak yang durhaka terhadap orang tua.

2.      Penyimpangan kelompok (group deviation)
Penyimpangan kelompok (group deviation) Penyimpangan jenis ini dilakukan oleh beberapa orang yang secara bersama-sama melakukan tindakan yang menyimpang.
Contohnya : pesta narkoba yang dilakukan kelompok satu geng, perkelahian massal yang dilakukan antar kelompok suku, ataupun pemberontakan.
Penyimpangan kelompok biasanya sulit untuk dikendalikan, karena kelompok-kelompok tersebut umumnya mempunyai nilai-nilai serta kaidah-kaidah sendiri yang berlaku bagi semua anggota kelompoknya. Sikap fanatik yang dimiliki setiap anggota terhadap kelompoknya menyebabkan mereka merasa tidak melakukan perilaku yang menyimpang. Hal tersebut menyebabkan penyimpangan kelompok lebih berbahaya daripada penyimpangan individu.

3.      Penyimpangan campuran (mixture of both deviation)
Penyimpangan campuran diawali dari penyimpangan individu. Akan tetapi, seiring dengan  berjalannya waktu, ia (pelaku penyimpangan) dapat memengaruhi orang lain, sehingga ikut melakukan tindakan menyimpang seperti halnya dirinya. Contoh : penyimpangan campuran diantaranya; sindikat narkoba, sindikat uang palsu, ataupun demonstrasi yang berkembang menjadi amuk massa
v  Berdasarkan Sifat-sifat Penyimpangan
1.      Penyimpangan yang Bersifat Positif.
Penyimpangan yang bersifat positif merupakan suatu bentuk penyimpangan atau perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap dirinya maupun masyarakat. Penyimpangan ini memberikan unsur inovatif dan kreatif sehingga dapat diterima oleh masyarakat, meskipun caranya masih belum umum atau menyimpang dari norma yang berlaku.
Contohnya : pada masyarakat yang masih tradisional, perempuan yang melakukan aktivitas atau menjalin profesi yang umum dilakukan oleh laki-laki seperti berkarir di bidang politik, menjadi pembalap, sopir taksi, anggota militer dan lain-lain oleh sebagian orang masih dianggap tabu namun hal tersebut mempunyai dampak positif, yaitu emansipasi wanita.

2.      Penyimpangan yang Bersifat Negatif.
Penyimpangan yang bersifat negatif merupakan penyimpangan yang cenderung mengarah pada tindakan yang dipandang rendah, berdampak buruk serta merugikan bagi pelaku dan juga masyarakat. Bobot penyimpangan negatif dapat dilihat dari norma-norma atau nilai-nilai yang telah dilanggar. Pelanggaran terhadap norma-norma kesopanan dinilai lebih ringan dibanding pelanggaran terhadap norma hukum. Contoh penyimpangan yang bersifat negatif, membolos, pembunuhan, pencurian, korupsi, dan sebagainya
v  Berbagai Penyakit Sosial dalam Masyarakat
Contohnya :
1.      Minuman keras (miras)
2.      Penyalahgunaan narkoba, misal : heroin, ganja, ekstasi, shabu-shabu, ampethamin, dan inhalen
3.      Perkelahian antar pelajar
4.      Perilaku seks di luar nikah
5.      Berjudi
6.      Kejahatan (kriminalitas)

1.      Penyebabnya :
2.      Tidak mempunyai seseorang sebagai panutan dalam memahami dan meresapi tata nilai atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Kondisi semacam ini lazim disebut sebagai hasil proses sosialisasi yang tidak sempurna. Akibatnya, ia tidak bisa membedakan hal-hal yang baik ataupun yang buruk, benar atau salah, pantas atau tidak pantas, dan sebagainya.
3.      Pengaruh lingkungan kehidupan sosial yang tidak baik, misalnya lingkungan yang sering terjadi tindak penyimpangan, seperti prostitusi, perjudian, mabuk-mabukan, dan sebagainya.
4.      Proses bersosialisasi yang negatif, karena bergaul dengan para pelaku penyimpangan sosial, seperti kelompok preman, pemabuk, penjudi, dan sebagainya.
5.      Ketidakadilan, sehingga pihak-pihak yang dirugikan melakukan protes, unjuk rasa,  bahkan bisa menjurus ke tindakan anarkis


v  Cara penanggulangannya:
Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial dalam Keluarga dan Masyarakat
1.      Di Lingkungan Keluarga Upaya pencegahan perilaku penyimpangan sosial di rumah memerlukan dukungan dari semua anggota keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga luas. Di dalam hal ini, masing-masing anggota keluarga harus mampu mengembangkan sikap kepedulian, kompak, serta saling memahami peran dan kedudukannya masing-masing di keluarga. Meskipun keterlibatan seluruh anggota keluarga sangat dibutuhkan, namun orang tua memegang peran utama dalam membentuk perwatakan dan membina sikap anak-anaknya. Hal ini dikarenakan orang tua merupakan figur utama anak yang dijadikan panutan dan tuntunan, sehingga sudah sepantasnya jika orang tua harus mampu memberi teladan bagi anak-anaknya. Dalam hubungannya dengan upaya pencegahan penyimpangan sosial di lingkungan keluarga, orang tua dapat melakukan beberapa hal, seperti berikut ini.
2.      Menciptakan suasana harmonis, perhatian, dan penuh rasa kekeluargaan.
3.      Menanamkan nilai-nilai budi pekerti, kedisiplinan, dan ketaatan beribadah.
4.      Mengembangkan komunikasi dan hubungan yang akrab dengan anak.
5.      Selalu meluangkan waktu untuk mendengar dan menghargai pendapat anak, sekaligus mampu memberikan bimbingan atau solusi jika anak mendapat kesulitan.
6.      Memberikan punnish and reward, artinya bersedia memberikan teguran atau bahkan hukuman jika anak bersalah dan bersedia memberikan pujian atau bahkan hadiah jika anak  berbuat baik atau memperoleh prestasi.
7.      Memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai tingkat umur dan pendidikannya. Langkah-langkah tersebut merupakan upaya yang dapat dilakukan orang tua agar tercipta suatu komunikasi yang baik dengan anak, sehingga anak merasa terlindungi, memiliki  panutan atau teladan, serta merasa memiliki arti penting sebagai bagian dari keluarganya.

2.      Di Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan lingkungan pergaulan anak yang cukup kompleks. Di dalam hal ini, kedudukan pendidik di lingkungan sekolah memegang peran utama dalam mengarahkan anak untuk tidak melakukan berbagai penyimpangan sosial. Berbagai hal yang dapat dilakukan guru selaku pendidik dalam upaya mencegah perilaku penyimpangan sosial anak didiknya, antara lain, berikut ini.
3.      Mengembangkan hubungan yang erat dengan setiap anak didiknya agar dapat tercipta komunikasi timbal balik yang seimbang.
4.      Menanamkan nilai-nilai disiplin, budi pekerti, moral, dan spiritual sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
5.      Selalu mengembangkan sikap keterbukaan, jujur, dan saling percaya.
6.      Memberi kebebasan dan mendukung siswa untuk mengembangkan potensi diri, sejauh  potensi tersebut bersifat positif.
7.      Bersedia mendengar keluhan siswa serta mampu bertindak sebagai konseling untuk membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan, baik yang dihadapinya di sekolah atau yang dihadapinya di rumah.

3.      Di Lingkungan Masyarakat
Lingkungan pergaulan dalam masyarakat sangat mampu memengaruhi pola pikir seseorang. Dalam hal ini, perlu tercipta lingkungan pergaulan yang sehat dan nyaman sehingga dapat dijadikan tempat ideal untuk membentuk karakter anak yang baik. Adapun hal-hal yang dapat dikembangkan dalam masyarakat agar upaya pencegahan perilaku  penyimpangan sosial dapat tercapai, antara lain, berikut ini.
1.      Mengembangkan kerukunan antarwarga masyarakat. Sikap ini akan mampu meningkatkan rasa kepedulian, gotong royong, dan kekompakan antarsesama warga masyarakat. Jika dalam suatu masyarakat tercipta kekompakan, maka perilaku penyimpangan dapat diminimalisasikan.
2.      Membudayakan perilaku disiplin bagi warga masyarakat, misalnya disiplin dalam menghormati keputusan-keputusan bersama, seperti tamu bermalam harap lapor RT,  penetapan jam belajar anak, menjaga kebersihan lingkungan, dan sebagainya.
3.      Mengembangkan berbagai kegiatan warga yang bersifat positif, seperti perkumpulan PKK, Karang Taruna, pengajian, atau berbagai kegiatan lain yang mengarah kepada  peningkatan kemampuan masyarakat yang lebih maju dan dinamis. Jika beberapa upaya tersebut dapat diterapkan dalam suatu lingkungan masyarakat, maka kelompok pelaku  penyimpangan sosial akan merasa risih dan jengah, sehingga mereka akan merasa malu jika melakukan tindakan penyimpangan sosial di lingkungan tempat tinggalnya.
4.      Mengembangkan Sikap Simpati terhadap Pelaku Penyimpangan Sosial Para pelaku penyimpangan sosial memang sudah selayaknya mendapatkan hukuman dari  pihak yang berwajib. Akan tetapi, jika para pelaku penyimpangan sosial tersebut masih dapat dibina, maka sebaiknya kita kembangkan sikap simpati terhadap para pelaku penyimpangan sosial tersebut. Sikap simpati adalah suatu sikap yang ditujukan seseorang sebagai suatu  proses di mana seseorang merasa tertarik pada perasaan pihak lain yang mendorong keinginan untuk memahami dan bekerjasama dengan pihak lain. Sikap simpati dapat ditunjukkan dalam bentuk perhatian, kepedulian, rasa ingin menolong, dan sebagainya. Perasaan simpati hanya akan dapat berlangsung dan berkembang dalam diri seseorang bila terdapat saling pengertian. Mengembangkan sikap simpati terhadap para pelaku  penyimpangan sosial bukan berarti kita menyetujui perbuatan mereka. Sikap seperti ini justru dapat kita gunakan untuk menyadarkan perilaku mereka. Tentu saja cara penyampaiannya dilakukan dengan tutur bahasa yang santun dan tidak berkesan menggurui atau menghakimi. Cara-cara seperti ini pada umumnya lebih mengena dan dapat didengarkan oleh mereka, karena mereka merasa lebih dihargai.
Contoh sikap simpati yang dapat kita kembangkan terhadap para pelaku penyimpangan sosial, antara lain, meliputi hal-hal berikut ini.
1.      Memberikan arahan berupa contoh-contoh dan dampak negatif dari perbuatan menyimpang yang telah atau biasa mereka lakukan, misalnya dampak negatif dari mabuk-mabukan atau berjudi. Tentunya dengan bahasa yang bersahabat dan berkesan akrab.
2.      Menggali informasi tentang bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh para pelaku  penyimpangan, kemudian memberi motivasi agar mereka mau tergerak untuk mengembangkan kemampuannya ke arah positif.
3.      Tetap memberikan kepercayaan kepada mereka yang telah dicap sebagai pelaku  penyimpangan dengan cara ikut menyertakan mereka ke dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
4.      Turut serta dalam upaya menyadarkan pelaku penyimpangan yang berkaitan dengan  penyalahgunaan obat-obatan melalui pendirian pusat-pusat rehabilitasi atau penyuluhan- penyuluhan tentang bahayanya.





Sumber:

https://dwikurniasaputro.wordpress.com/2009/04/25/perilaku-menyimpang
http://www.academia.edu/8329558/Contoh_Penyimpangan_Sosial_Di_Lingkungan_Masyarakat

0 komentar:

Posting Komentar